Turki: Ancaman Resesi Membayangi? - ABN AMRO

Menurut analis di ABN AMRO, pelemahan lira belum berakhir karena arus keluar modal akan terus berlanjut, yang dapat mengakibatkan penurunan lebih lanjut dalam mata uang sekitar 20%, yang berarti USD/TRY sekitar 8,2.

Kutipan Utama

“Kami memperkirakan inflasi akan mengalami tren ke atas dalam beberapa bulan mendatang, dari tingkat saat ini sekitar 18% ke 21% pada akhir tahun ini. Ketika penurunan konsumsi akan mendorong inflasi turun, inflasi impor yang lebih tinggi sebagian akan membalikkan tren ini. Kami memperkirakan inflasi akan turun ke 8% pada akhir 2019.”

“Menurut IIF, penurunan dalam kredit kuartal ini bahkan lebih besar daripada selama krisis tahun 2008/2009. Penurunan tersebut akan membebani aktivitas, karena pertumbuhan Turki sebagian besar didorong oleh pertumbuhan kredit. Impor akan menurun karena konsumsi dan produksi lebih rendah.”

“Ekspor mungkin naik karena lira membuat ekspor Turki relatif murah untuk seluruh dunia. Namun, karena Turki memiliki komponen impor yang besar dalam ekspornya dan bergantung pada impor minyak dan komoditas, kami tidak mengharapkan transaksi berjalan berubah positif.”

“Pertumbuhan yang lebih rendah dan mata uang yang lebih lemah, dalam keseimbangan, akan menyulitkan perusahaan-perusahaan tertentu untuk memenuhi kewajiban utang eksternal mereka. Sektor korporasi non-keuangan secara langsung berada di garis tembak dan kami memperkirakan tingkat restrukturisasi dan default akan naik secara substansial.”

“Secara khusus, perusahaan dengan utang mata uang asing yang besar, tetapi yang hanya menerima sebagian dari pendapatan mereka dalam mata uang asing, akan berada di bawah tekanan. Kemungkinan besar ini akan mengarah pada kontraksi ekonomi yang lebih mendadak dan lebih jelas.”

"Mengingat faktor-faktor ini, kami memperkirakan Turki akan menghadapi resesi di 2019. Oleh karena itu kami menyesuaikan perkiraan pertumbuhan kami dari 2% tahunan menjadi -3% di 2019."