Back

Harga Batu Bara Tetap di Atas US$ 100 per Ton, Ekspor Indonesia ke Tiongkok Diprediksi Turun 4% pada 2025

  • Harga batu bara bertahan di atas level psikologis US$ 100 per ton, setelah sempat anjlok ke US$ 98,25 terendah empat tahun.
  • Stok batu bara Tiongkok yang melimpah bisa menyebabkan diberlakukannya pembatasan Impor.
  • Ekspor batu bara Indonesia ke Tiongkok pada tahun 2025 diprediksi turun sebesar 4%.

Pada hari Selasa pekan lalu, harga batu bara sempat jatuh ke level terendah empat tahun di US$ 98,25 per ton akibat lonjakan produksi di Tiongkok dan India membuat stok melimpah, menyeret harga turun di pasar global. Dalam dua hari terakhir harga batu bara berhasil bangkit, tetap bertahan di atas level psikologis US$ 100 per ton. Pada hari Senin, Kontrak Berjangka Batu Bara Newcastle berada di sekitar level 103,45 sejauh ini.

Laporan dari Asosiasi Transportasi dan Distribusi Batu Bara Tiongkok (China Coal Transportation and Distribution/CCTD) menunjukkan bahwa stok batu bara di negara tersebut mendekati rekor tertinggi sepanjang sejarah. Lonjakan pasokan ini disebabkan oleh produksi domestik yang terus meningkat, sementara permintaan belum menunjukkan kenaikan yang signifikan.

Analis memperkirakan bahwa jika konsumsi tidak segera naik, harga batu bara bisa terus tertekan dalam beberapa bulan ke depan. Selain itu, sebelumnya di awal bulan ini, analis Morgan Stanley menyebutkan bahwa Tiongkok dapat memberlakukan kembali pembatasan dan kontrol impor di tengah meningkatnya kelebihan pasokan. Tiongkok bisa memperlambat masuknya barang dengan menunda proses impor atau memperketat inspeksi.

Kondisi ini menambah tekanan bagi pasar batu bara global, terutama karena India juga mencatat peningkatan produksi yang signifikan, semakin memperkuat pasokan di tengah permintaan yang belum pulih sepenuhnya. Pekan lalu, Menteri Pertambangan India, G. Kishan Reddy, melaporkan bahwa pada tahun fiskal yang berakhir 31 Maret 2025, produksi batu bara India telah mencatatkan rekor tertinggi 1 miliar ton.

Sementara itu, Indonesia Mining Association (IMA) memprakirakan ekspor batu bara Indonesia ke Tiongkok pada 2025 akan mengalami kontraksi sebesar 4% dibandingkan tahun sebelumnya. Meskipun demikian, permintaan dari negara lain masih bisa menjadi peluang bagi Indonesia untuk menyeimbangkan penurunan ekspor ke Tiongkok. Pemerintah dan pelaku industri diharapkan dapat mencari pasar alternatif guna menjaga stabilitas ekspor batu bara di tengah kondisi pasar yang cenderung berubah.

Plt Direktur Eksekutif APBI/ICMA, Gita Mahyarani, optimis bahwa baik Tiongkok maupun India masih bergantung pada pasokan batu bara dari Indonesia. Menurutnya, permintaan dari kedua negara tersebut tidak akan mengalami penurunan drastis dalam waktu dekat.
 

Pasar Perak Masih dalam Defisit Struktural – TDS

Kenaikan rasio XAU/XAG mencerminkan kekuatan idiosinkratik dalam Emas, sebagai lawan dari kelemahan dalam Perak, menurut Ahli Strategi Komoditas Senior TDS, Daniel Ghali
Mehr darüber lesen Previous

Analisis Harga EUR/USD: Pasangan Ini Melemah Menuju Pertengahan Kisaran Meskipun Mempertahankan Struktur Bullish

Pasangan mata uang EUR/USD sedikit menurun pada sesi hari Senin setelah penutupan Eropa, bertahan di dekat zona 1,08 dan tetap terkurung dalam kisaran harian.
Mehr darüber lesen Next