Back

USD/IDR Hentikan Kenaikan, Rupiah Masih di level 16.450-an Pasca IHK AS

  • USD/IDR menghentikan kenaikannya dari tiga hari sebelumnya, dengan Rupiah kini berada di 16.457.
  • IHK AS pada bulan Februari di 0,2% MoM, lebih rendah dari prakiraan 0,3%, proses disinflasi berlanjut.
  • Sentimen negatif mewarnai pasar Indonesia setelah Goldman Sachs menurunkan peringkat aset keuangan domestik.

Pasangan mata uang USD/IDR tampak tengah mengonsolidasikan kenaikannya dari tiga hari sebelumnya. Rupiah Indonesia (IDR) sedang diperdagangkan di 16.457 melawan Dolar AS (USD) pada sesi Asia di hari Kamis. Pasangan mata uang ini ditutup di level 16.420 pada perdagangan hari Rabu setelah rilis data IHK AS semalam yang menunjukkan pelemahan.

Indeks Harga Konsumen (IHK) AS pada bulan Februari meningkat 0,2% secara bulanan (MoM), lebih rendah dari prakiraan sebesar 0,3%. Secara tahunan (YoY), tingkat inflasi mengalami penurunan dari 3,0% menjadi 2,8%. Sementara itu, IHK Inti, yang tidak memperhitungkan harga makanan dan energi yang fluktuatif, tercatat naik 0,2% MoM, melambat dibandingkan dengan kenaikan 0,4% pada bulan Januari dan tidak sesuai dengan ekspektasi. Inflasi IHK Inti tahunan turun ke 3,1% dari 3,3%, yang mencerminkan adanya kemajuan dalam proses disinflasi.

Indeks Dolar AS (DXY), yang mengukur nilai Dolar AS terhadap enam mata uang utama, tetap stabil di sekitar level 103,50 pada saat berita ini ditulis di sesi Asia. Namun, DXY sedikit menguat saat para pedagang mencerna data terbaru dari Indeks Harga Konsumen (IHK) AS, yang menunjukkan bahwa inflasi utama dan inti di bulan Februari melambat lebih cepat dari yang diperkirakan. Laporan inflasi yang lebih lemah ini memicu spekulasi bahwa Federal Reserve (The Fed) AS mungkin akan memangkas suku bunga lebih cepat dari yang sebelumnya diperkirakan.

Bruce Kasman, kepala ekonom JP Morgan, menyebutkan kepada Reuters bahwa ada sekitar 40% kemungkinan resesi di AS tahun ini. Ia juga memperingatkan adanya risiko kerusakan jangka panjang terhadap posisi AS sebagai tujuan investasi jika pemerintah mengikis kepercayaan terhadap pemerintahan negara tersebut.

Di Indonesia, pasar keuangan domestik terimbas sentimen negatif setelah Goldman Sachs menurunkan peringkat dan rekomendasi atas aset keuangan Indonesia dari overweight menjadi market weight. Penurunan tersebut dipicu oleh perkiraan Goldman Sachs mengenai meningkatnya risiko fiskal akibat sejumlah kebijakan strategis dan inisiatif yang dipilih oleh Presiden Prabowo Subianto, yang mencanangkan program makanan bergizi gratis, peluncuran Badan Penanaman Modal Daya Anagata Nusantara (BPI Danantara), dan penerbitan Surat Berharga Negara (SBN) Perumahan.

Akibat kebijakan tersebut, Goldman Sachs memproyeksikan defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2025 sebesar 2,9%, lebih tinggi dari target pemerintah 2,53%, mendekati batas maksimal 3% dari defisit yang diizinkan. Selain itu, Goldman Sachs menyebutkan pasar keuangan Indonesia masih tertekan oleh sentimen tarif, perang dagang global, dan pelemahan ekonomi domestik, yang membuat investor khawatir dan meninggalkan pasar Indonesia.

Menanggapi penurunan peringkat tersebut, Budi Frensidy, Guru Besar Keuangan dan Pasar Modal Universitas Indonesia, mengatakan bahwa hal itu akan berdampak negatif dalam jangka pendek, seperti yang dilaporkan oleh media lokal Antara. Dampak negatif ini akan menyebabkan kurs Rupiah berpotensi tertekan lebih jauh. Global Economics and Market Research UOB, Enrico Tanuwidjaja memprediksi kurs Rupiah terhadap Dolar AS di kuartal pertama 2025 akan melemah ke 16.600, kuartal kedua ke 16.800 dan kuartal ketiga ke 16.900.

Malam ini waktu Indonesia atau di awal sesi Amerika, para pedagang akan mencermati rilis Indeks Harga Produsen (IHP) AS bulan Februari dan Klaim Tunjangan Pengangguran Awal mingguan untuk mendapatkan dorongan baru pada pukul 12:30 GMT (19:30 WIB).

Indikator Ekonomi

Indeks Harga Konsumen non Pangan & Energi (Thn/Thn)

Kecenderungan inflasi atau deflasi diukur dengan menjumlahkan harga sekeranjang barang dan jasa secara berkala dan menyajikan datanya sebagai Indeks Harga Konsumen (IHK). Data IHK dikumpulkan setiap bulan dan dirilis oleh Departemen Statistik Tenaga Kerja AS. Laporan bulanan ini membandingkan harga barang-barang pada bulan referensi dengan bulan sebelumnya. IHK Tidak termasuk Makanan & Energi tidak menyertakan komponen makanan dan energi yang lebih fluktuatif untuk memberikan pengukuran tekanan harga yang lebih akurat. Secara umum, angka yang tinggi dipandang sebagai bullish bagi Dolar AS (USD), sedangkan angka yang rendah dianggap sebagai bearish.

Baca lebih lanjut

Rilis berikutnya Kam Apr 10, 2025 12.30

Frekuensi: Bulanan

Konsensus: -

Sebelumnya: 3.1%

Sumber: US Bureau of Labor Statistics

Federal Reserve AS memiliki mandat ganda untuk menjaga stabilitas harga dan memaksimalkan lapangan kerja. Berdasarkan mandat tersebut, inflasi harus berada pada kisaran 2% YoY dan telah menjadi pilar terlemah dari arahan bank sentral sejak dunia mengalami pandemi yang masih berlangsung hingga saat ini. Tekanan harga terus meningkat di tengah permasalahan dan kemacetan rantai pasokan, dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) berada pada level tertinggi dalam beberapa dekade. The Fed telah mengambil langkah-langkah untuk mengendalikan inflasi dan diprakirakan akan mempertahankan sikap agresif di masa mendatang.


 

Prakiraan Harga Perak: XAG/USD Naik ke Dekat Tertinggi Lima Bulan, Level $33,50

Harga Perak (XAG/USD) melanjutkan momentum kenaikannya untuk sesi ketiga berturut-turut, bergerak di sekitar $33,30 per troy ons selama jam perdagangan sesi Asia pada hari Kamis
Mehr darüber lesen Previous

Ueda, BoJ: Inflasi yang Mendasari Masih Sedikit Di Bawah 2%

Gubernur Bank of Japan (BoJ) Kazuo Ueda mengatakan pada hari Kamis bahwa “inflasi mendasar masih sedikit di bawah 2%.” Poin-poin tambahan: Harapkan inflasi mendasar untuk perlahan-lahan mempercepat seiring dengan pemulihan ekonomi yang terus berlanjut
Mehr darüber lesen Next